Sejarah Prangko
Di Indonesia, prangko pertama yang digunakan di Indonesia adalah prangko Hindia-Belanda
tahun 1864. Prangko yang diterbitkan dengan tampilan berwarna merah anggur
dengan harga nominal 10 sen tersebut menampilkan gambar wajah Raja Willem III.
Prangko tidak hanya memiliki fungsi sebagai tanda pembayaran untuk melunasi biaya
pengiriman surat, prangko juga berfungsi sebagai duta dan sumber informasi
mengenai suatu negara melalui gambar dan tulisan yang tercermin di setiap
prangko. Kegiatan surat menyurat yang sudah dilakukan sejak lama ini, membuat
prangko semakin dikenal.Dalam perjalanannya, keberadaan prangko sudah terdengar
langka dan asing seiring perkembangan zaman dan teknologi. Kebiasaan saling
mengirim surat sudah ditinggalkan sejak adanya surat elektronik/ e-mail.
Masyarakat lebih mudah untuk mengirim pesan melalui SMS, e-mail, instant
messaging, dll. Posisi
surat semakin tenggelam dalam perannya sebagai satu-satunya media untuk mengirim
pesan setelah muncul berbagai inovasi teknologi. Agar sejarah prangko selalu
diingat dan dilestarikan, maka didirikanlah Museum Prangko di Jakarta yang
dicetuskan oleh alm. Ibu Tien Soeharto. Museum Prangko merupakan salah satu
dari sekian banyak museum yang
dibangun di kawasan area Taman Mini Indonesia Indah. Setelah hampir 31 tahun berdiri,
Museum Prangko belum memiliki identitas visual yang kuat, berkarakter dan
dikenal oleh masyarakat. Padahal museum prangko memiliki filosofi sejarah yang
kuat terutama peran fungsi eksistensinya dalam mengungkap sejarah perkembangan
prangko. Tentunya keberadaan museum semakin penting bagi generasi kita dan
generasi yang akan datang. Minat pengunjung generasi muda semakin berkurang
seiring perkembangan, namun meskipun diusianya yang semakin tua, Museum Prangko
terus berinovasi dengan ide-ide baru seperti mengadakan kegiatan/ aktivitas
untuk mengajak masyarakat untuk datang, namun
promosi yang dilakukan hanya terbatas pada lingkup khusus seperti anak-anak kunjungan
sekolah yang sudah terprogram oleh sekolah dan kelompok filatelis yang memang
memiliki minat khusus. Oleh karena itu, Museum Prangko membutuhkan sebuah
identitas yang baru
dengan merejuvenasi logo yang lebih menggambarkan semangatnya. Perancangan ini
juga bertujuan sekaligus untuk mendukung promosi Museum Prangko Indonesia.
Dengan ini kita dapat mengkomunikasikan lebih jelas apa itu Museum Prangko dan
fungsinya. Diharapkan, museum ini dapat terus menjadi wadah untuk melestarikan
benda-benda bersejarah seperti prangko untuk beberapa tahun ke depan. Penulis
tertarik untuk mengambil topik ini setelah
penulis mencari tahu tentang perkembangan museum di Indonesia jika dibandingkan
museum-museum di luar negeri yang lebih maju. Mengapa museum di Indonesia hanya
beberapa nama saja yang dikenal, tentu banyak faktor yang mempengaruhi. Potensi
yang dimiliki oleh Museum Prangko cukup besar dalam mengajak masyarakat muda

0 comments:
Posting Komentar